berjutapena.or.id,- Dengan perlahan mengendari motor di jalan kecil pedesaan. Di tepi jalan tiga anak kecil menatapku sinis sambil mengacungkan jari tengahnya. Terlontar dari mulut mereka kalimat “Fu*k Y*u” yang sangat jelas dan keras. Aku hanya bisa menggelengkan kepala dan terus menatap mereka perlahan hilang dari pantulan bayangan kaca spionku.
Anak-anak kecil mengacung-acungkan jari tengannya dan beranggapan itu adalah hal yang sangat keren dan hebat, tanpa tau makna sebenarnya dari tindakan yang mereka lakukan. Mungkin mereka terlalu kecil dan polos untuk mengerti tentang makna sebenarnya dari tindakan yang mereka lakukan. Dunia ini terlalu fana bagi kepolosan anak-anak kecil seperti mereka. “Kasihan sekali kalian, Nak…” Batinku berbisik penuh rasa prihatin.
Saya kira fenomena buruk ini hanya terjadi pada kalangan anak-anak saja, tapi ternyata kalangan remaja bahkan hingga dewasa pun turut menormalisasikan mengacungkan jari tengahnya sambil mengucap “Fu*k Y*u.” Ketika saya tanyakan apa maksut mereka mengacungkan jari tengahnya sambil melontarkan kata yang tak pantas diucap tersebut, banyak dari mereka menjawab,“Ini adalah ungkapan rasa kesal saya terhadap suatu hal yang tak sejalan dengan pikiran saya.” Tak sedikit juga yang mengatakan,”Saya hanya ikut-ikutan yang lagi viral, saya merasa keren dan hebat ketika melakukannya.” Miris sekali, viral dijadikan standarisasi tindakan yang patut dicontoh. Bagaimana jadinya jika setiap yang viral dijadikan standarisasi kehidupan tanpan memilah mana yang baik dan mana yang buruk.
Pada fenomena seperti inilah pendidikan akhlak sangat dibutuhkan. Sikap, sifat, prilaku yang tertanam dalam tiap-tiap jiwa itula yang dinamakan akhlak. Baik buruk seseorang tercermin dari akhlak mereka. Oleh karenanya, pendidikan akhlak ini sangatlah penting untuk membentuk karakter dan nilai-nilai yang baik dalam masyarakat. Sebenarnya pendidikan tentang akhlak mulia telah ditanamkan sejak dini. Semua lembaga pendidikan baik formal maupun non formal telah mengajarkan tentang akhlak yang mulia, tapi mengapa krisis akhlak masih banyak terjadi? Mengapa masih banyak yang mengacungkan jari tengahnya dan melontarkan kalimat “Fu*k Y*u”?
Perlu kita semua tahu bahwasanya kalimat “Fu*k Y*u” sambil mengacungkan jari tengah sebenarnya bukanlah kebudayaan bangsa kita, melaikan itu adalah kebudayaan orang-orang barat. Tapi sayangnya krisis akhlak telah membuat kebiasaan buruk ini membudaya di negeri tercinta kita ini. Sebagai seorang mahasiswa, saya teramat prihatin melihat masalah ini. Kurangnya pengetahuan dan akhlak membuat mereka bertindak tanpa berpikir panjang. Tanpa mencari tau makna dan dampak dari apa yang mereka lakukan dan mereka ucapkan. Pokok intinya mengikuti apa yang sedang menjadi tren dan apa yang dianggap keren.
WASPADA!!! Krisis akhlak telah membuat “Fu*k y*u” terbang bebas keseluruh penjuru negri. Anak kecil, remaja, hingga dewasa acap kali mengacungkan jari tengahnya sambil berkata “Fu*k Y*u” Tanpa tau dan tanpa mencari tau makna sebenarnya dari jari tengah yang mereka junjung tinggi. Sebelum kalian mengacungkan jari tengah itu, pernahkah kalian mencari tau apa makna dari jari tengah yang kalian acungkan itu?
Dalam sebuah sesi wawancara dengan BBC, antropolog ternama dan penulis buku The Naked Ape, Desmond Morris, dengan gamblang bilang bahwa kalau kita mengacungkan jari tengan artinya kita sedang ngomong “Nih k*nt*l” dan menawarkannya keorang yang kita tuju.
“Jari tengah mewakili batang penis, sementara jari-jari lainnya ditekuk adalah testis,” jelas Morris. “Dengan mengacungkan jari tengah, kalian menawarkan gestur phallic pada orang lain.”(https://www.vice.com/id/article/sejarah-panjang-acungan-jari-tengah-sebagai-umpatan/)
Dari pernyataan yang disampaikan oleh Desmond Morris, tentang makna sebenarnya dari jari tengah yang sering kalian acungkan itu, bukankah sudah sangat begitu jelas dan gamblang bahwa kebiasaan mengacungkan jari tengah itu adalah hal yang sangat menjijikkan dan tidak seharusnya dilakukan. Sebab dengan mengacungkan jari tengah maka sama dengan menawarkan gestur phallic pada orang lain. Sekarang sudah tau kan makna sebenarnya dari jari tengah itu. Setelah tau makna sebenarnya dari jari tengah yang sering kalian acungkan itu, masihkan kalian ingin terus mengacungkan tinggi-tinggi jari tengah itu?
Menggunakan simbol atau ungkapan yang tidak pantas tanpa mengetahui makna yang sebenarnya bisa sangat merugikan baik bagi diri kita ataupun orang lain. Sering kali tanpa disadari apa yang kita ucapkan dan apa yang kita lakukan menyakiti perasaan orang lain, yang pada akhirnya akan memicu permasalah dan berujung konflik besar. Oleh karenya, sangat penting bagi kita semua untuk saling mengingatkan tentang makna dan dampak dari apa yang kita ucapkan dan lakukan. Mari sedikit demi sedikit kita mulai hapus kebiasaan buruk yang telah membudaya dan kita budayakan kebiasaan baik yang jauh lebih berakhlak.
Mungkin ini akan sedikit sulit, tapi tidak akan terasa sulit jika kita memulai dari mengingatkan diri sendiri. Terkadang kita sibuk mengomentari orang lain dan lupa bercermin seperti apa diri kita. Sebab ini lah terkadang orang-orang tidak menghiraukan apa yang kita sampaikan, maka penting sekali untuk memulai dengan membenahi diri sendiri. Lalu jika kita telah merasa diri kita benar baru kitab boleh mengingatkan orang-orang disekitar kita, ini adalah salah satu bagian dari akhlak mulia dan perlu ditanamkan juga dalam diri kita masing-masing.
Jika sudah berhasil membenahi diri sendiri lalu mulailah dengan mengingatkan keluarga, teman, tetangga, sahabat dan seterusnya. Jangan malu untuk memulai dari hal-hal kecil, karena dari hal-hal kecil inilah perubahan baik dan positif dalam masyarakat dan bangsa akan tercipta. Katanya mau mewujudkan Indonesia Emas, masak mau melakukan hal sesederhana ini aja malu dan takut?
Penulis : Sofiyatul Hindayani (Universitas Islam Ibrahimy Banyuwangi) – Peserta Lomba Literasi
Leave a Reply