Strategi Dakwah Islam Nusantara

strategi-dakwah-islam-nusantara

Bukan hal baru dan langka jika islam sebagai agama Rahmatan lil ‘alamin mengakomodir segala hal, terlebih lagi yang berhubungan dengan prilaku, sosial dan budaya. Islam telah mengatur setiap tatanan kehidupan manusia disetiap lini, mulai dari tata cara ibadah, ideologi, amaliyah, ekonomi, hingga kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk mencapai kebaikan dalam segala bidang.

Kebebasan manusia menentukan aturan tradisi civil society telah tersaji komplit di dalam islam, sehingga tidak ada lagi pertentangan disaat terjadi asimilasi antara islam dan dokrin kebudayaan lokal. Ini bisa dilihat dari islam memberikan peluang ijtihad sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang, berdasar pada sebuah konsep, al‘adah mahakkamah. Kaidah ini merupakan yang terbaik serta ringkas, bahkan terbilang lebih baik dari yang pernah dibuat para ulama-ulama pendahulunya. Semisal kaidah Mara’at al-A’raf wa al-‘adat.(memelihara tradisi dan adat istiadat).

Perkembangan islam di Nusantara menjadi barometer suksesnya para wali songo dalam membumikan islam di Nusantara, melalui metode akulturasi wali songo mampu menerjemahkan syariat islam sehingga islam mudah diterima di Bumi Nusantara. Pada dasarnya penghuni kuno Nusantara sudah mengenal agama dengan berbagai ritual pemujaan. Semua aktivitas penghuni Nusantara menunjuk pada tanda-tanda adanya hubungan integral antara kebudayan dan agama. Dalam konteks keagamaan, agama kuno Nusnatara dikenal dengan agama Kapitayan, yaitu agama yang dianut penghuni jawa berkulit hitam. Kapitayan dapat digambarkan sebagai ajaran atau keyakinan memuja sembahan utama yang disebut Sanghyang Taya, yang bermakna hampa, kosong. Taya bermakna Absolut dan tidak bisa dibayang-bayangkan. Dalam pelaksanaan ritual puja bakti kepada Sanghyang Tunggal, penganut ini, menggunakan sajen sebagai sasembahan, berupah Tu-mpeng (kue dari tepung), Tu-mbu (keranjang dari anyaman bambu), Tu-ak (arak), Tu-kung (Sejenis Ayam). Yang dipersembahkan untuk sesuatu yang ghaib.

Para wali paham betul dengan kondisi yang berkembang di Nusantara, sehingga mampu merumuskan strategi dakwah yang sistematis, terutama bagaimana dalam menghadapi kebudayaan Jawa dan Nusantara yang sudah sangat kuat dan mapan. Cara bijak yang dilakukan para wali songo dalam mengenalkan islam tidak dengan cara instan bahkan relative dengan masa yang Panjang.

Strategi dakwah yang dipakai para wali songo terbagi dalam berbagai bentuk. Yang pertama terapan fiqhul ahkam sebagai pengenalan dan penerapan norma-norma keislaman secara ketat dan mendalam, sehingga tercipta muslim yang konsekuen. Kedua fiqhul dakwah digunakan disaat masuk ranah masyarakat, sehingga ajaran agama mampu diterapkan secara lentur sesuai dengan kondisi masyarakat dan tingkat Pendidikan mereka. Dan yang ketiga adalah denga fiqhul hikmah dimana ajaran islam dapat diterima oleh setiap golongan, mulai dari yang awam sampai kalangan bangsawan yang mempunyai latar belakang kepercayaan yang berbeda-beda.

Dalam menjalankan strategi dakwah ada Langkah-langkah yang dilakukan oleh para wali songo, yaitu bertahap (tadrij), semuanya melalui proses menyesuaian sehingga tidak ada yang dilakukan secara instan, semisal masyarakat masih dibiarkan mempercayai para danyang dan sanghyang. Namun secara perlahan pemahan mereka diluruskan. Kemudia ‘adamul haraj (tidak mengancam), islam dikenalkan dengan tidak mengusik budaya dan tradisi mereka, bahkan juga tidak mengusik agama dan kepercayaan mereka, tetapi memperkuat dengan cara-cara yang islami.

Keberagaman yang komplit di bumi Nusantara mulai dari Bahasa, budaya serta etnisnya, adalah anugerah Allah Swt, sesuatu yang patut disyukuri dengan cara tidak merusak budaya dan tradisi atas nama islam. Al-Imam Asy-Syafi’i mengatakan yang  tertuliskan dalam karyanya,. “Dalam setiap membangun komunitas muslim, di dalamnya selalu terdapat budaya yang telah mapan, maka hormatilah tradisi yang telah berjalan tersebut,.” (al-Umm, jilid 7, hal 246).

 

Penulis: Muhammad Nasrullah (Santrine kiai)

Redaksi Berjutapena
Dikelola oleh Lembaga Pers, Penerbitan, dan Infokom PC IPNU IPPNU Situbondo