Amalan Kontinu-Amalan Yang Paling Dicintai Allah

Sumber : www.ulilalbab.org

Oleh : Moch. Habiburrahman Haqiqi

Amalan yang Paling Allah Cintai

أحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى الله أَدْوَمُهَا وَ إِنْقَلَّ
“Amal (kebaikan) yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu meski sedikit.” (H.R. Muslim).

Amal dapat diartikan sebagai perbuatan baik. Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang sedikit, tetapi berkelanjutan atau sering disebut istikamah. Sering kali seseorang kebut-kebutan beramal di waktu-waktu tertentu, seperti saat bulan Ramadan, misalnya. Padahal, amalan-amalan baik pun akan bernilai pahala jika dikerjakan di luar bulan Ramadan, bahkan Allah Swt. memberikan keistimewaan bagi seseorang yang istikamah dalam mengerjakan suatu amalan.

Pernah suatu ketika Aisyah ditanya oleh Alqamah mengenai amalan Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah Rasulullah mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal?” Lalu, Aisyah menjawab, “Beliau tidak mengkhususkan waktu tertentu untuk beramal. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu.” (H.R. Bukhari no. 1987 dan Muslim no. 783).

Sahabat yang dirahmati Allah Swt., dari hadis di atas, maka dapat dikatakan bahwa amalan yang sedikit asal dilakukan secara kontinu lebih baik daripada amalan yang banyak, tetapi dilakukan hanya sekali. Amalan sedikit yang dilakukan secara kontinu akan mengungguli amalan banyak yang dilakukan hanya pada satu waktu.

Pernyataan itu memang benar adanya. Jika kita ingat dengan filosofi kelinci dan kura-kura, maka siapakah pemenangnya? Tentu, kura-kuralah pemenangnya meski kelinci berlari sangat cepat di awal perlombaan. Apabila ditelaah lagi, kunci kemenangan bukanlah dari kecepatan berlari. Kelinci berlari sangat cepat di awal perlombaan sampai-sampai meninggalkan kura-kura jauh di belakang. Namun, akibat kelalaian dan rasa sombongnya, ia pun berleha-leha dan tertidur. Sementara kura-kura, secara kontinu ia berjalan menyusuri hutan untuk sampai di garis finis meski langkahnya sangat pelan. Dengan kunci “kontinu” si kura-kura akhirnya dapat memenangkan perlombaan lari.

Memang filosofi tersebut tampak sangat remeh-temeh, tetapi juga ada benarnya. Sesuai dengan konsep amalan sedikit, tetapi kontinu di mana yang menjadi titik pusat ialah kualitas dan keistikamahan. Ibadah dikebut, amalan diborong, tetapi enggak khusyuk pun tak baik, apalagi hanya dikerjakan sekali saja.
Sahabat yang diridai Allah Swt., untuk menjaga amalan agar tetap istikamah atau kontinu memang tidaklah mudah. Namun, dengan berbekal amalan yang kontinu dapat membuka pintu-pintu surga untuk kita kelak. Dari pintu surga manakah kita akan dipanggil kelak? Tentu hal itu bergantung pada amalan yang kita kerjakan saat ini.

Tak hanya itu, Allah Swt. memberikan keistimewaan bagi seseorang yang melakukan amalan secara kontinu. Jika seseorang melakukan amalan sesekali saja meski banyak, maka pahalanya akan terputus pada saat orang itu berhenti beramal. Berbeda halnya dengan seseorang yang melakukan amalan secara kontinu meski sedikit. Jika suatu waktu orang tersebut tidak melakukan amalan yang rutin ia kerjakan karena ada uzur syar’i, seperti sakit, lupa, bepergian, dan semacamnya, maka dia akan dicatat melakukan amalan sebagaimana yang ia lakukan ketika tidak bepergian dan dalam keadaan sehat.

Redaksi Berjutapena
Dikelola oleh Lembaga Pers, Penerbitan, dan Infokom PC IPNU IPPNU Situbondo