berjutapena.or.id,- Setiap kali musim haji tiba, perasaan haru dan rindu akan Tanah Suci menyelimuti banyak hati kalangan umat muslim. Meski belum semua bisa berangkat, tetapi keinginan untuk berhaji selalu tumbuh di dada setiap umat Islam. Bukan hanya karena haji adalah rukun Islam kelima, tapi karena ibadah ini mengandung makna yang jauh lebih dalam. Haji menyentuh hati diam-diam menumbuhkan harapan dan memupuk kerinduan.
Sejak Nabi Ibrahim AS diperintahkan untuk menyeru manusia berhaji, panggilan itu terus bergema hingga kini. Allah SWT berfirman:
وَأَذِّن فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh. (QS. Al-Hajj: 27)
Dalam ayat ini, bisa merasakan bahwa haji bukan sekedar ajakan biasa. Ia adalah panggilan cinta dari Allah kepada hamba-hamba-Nya. Maka tak heran ketika banyak orang rela menabung puluhan tahun demi memenuhi panggilan ini. Haji telah menjadi bagian dari cita-cita hidup seorang Muslim, meskipun ia sederhana.
Haji punya keistimewaan tersendiri. Ia menyatukan ibadah fisik, ruhani, sosial, dan emosional dalam satu waktu. Selama beberapa hari di Makkah Al-Mukarromah dan Madinah Al-Munawwrah, jutaan manusia memakai pakaian ihram yang sama, menanggalkan identitas duniawi mereka. Kaya-miskin, pejabat-petani, semua lebur menjadi satu di hadapan Allah Swt.
Menjadikan sebuah momen dimana seseorang benar-benar merasa kecil, dan hanya bisa bersandar kepada Allah Yang Maha Besar. Allah SWT berfirman:
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah(QS. Al-Baqarah: 196)
Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa tujuan haji bukan sekadar “pergi”, tetapi harus “disempurnakan” dengan niat dan penghayatan. Maka, tidak cukup hanya hadir secara fisik. Yang lebih penting adalah hadirnya hati.
Juga ketika Hari Arafah, hari yang paling ditunggu dalam ibadah haji. Di padang yang luas dan terbuka itu, jutaan orang berdiri menengadahkan tangan, berdoa dengan sepenuh hati. Di sanalah, keheningan lebih nyaring dari suara. Di sanalah, tangisan tak bisa ditahan, karena jiwa merasa begitu dekat dengan Tuhan.
Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada hari di mana Allah membebaskan lebih banyak hamba dari neraka selain hari Arafah.”* (HR. Muslim)
Kata Mereka yang Telah Berhaji, KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) pernah mengatakan dalam satu ceramahnya:
“Orang yang sudah haji itu seharusnya bisa menunaikan ‘haji kecil’ setiap harinya, yakni menjaga diri, berlaku baik kepada sesama dan lainnya. Karena hakikat haji adalah perjalanan menuju Tuhan, dan Tuhan itu dekat kepada orang yang bersih hatinya.”
Haji adalah ibadah yang unik. Ia menggabungkan raga dan jiwa, fisik dan batin. Ia menyentuh hati, menggerakkan air mata, dan menanamkan makna mendalam dalam kehidupan seorang Muslim. Maka tak heran jika banyak orang yang baru saja pulang haji, diam-diam ingin kembali lagi suatu hari nanti.
Karena di sana, di bawah langit Makkah dan padang Arafah, iktikaf di tenangnya Masjid Nabawi, membuat banyak hati yang merasa benar-benar pulang.
Leave a Reply