berjutapena.or.id,- Di era yang sudah serba digital ini, kita sudah sering menggunakan teknologi-teknologi canggih, salah satunya seperti “Gadget” yang sering menemani kita dikala waktu luang, dan bukan hanya itu, melalaui internet yang ada digadget itu dapat menjadi sarana yang mudah untuk mendapatkan informasi secara cepat.
Hidup anda akan terus berjalan dan saat ini informasi-informasi di sosial media kini dapat dikreasikan menjadi video pendek dan konten receh juga semakin banyak. Alhasil ingatan bisa semakin pendek, dikarenakan Ketika kita menscrool dan terus menscrol kita akan kebanyakan informasi, sehingga terjadilah miss informasi, distraksi, dan kurangnya focus. “Brainroot” adalah pembusukan otak diakibatkan karena sering mencsrol, gadget, dan tak heran juga voting public dari 37000 pemilih di oxford Universitas Press inggris menobatkanya sebagai kata terpilih tahun 2024, braint root juga sebuah frasa yang menggambarkan penurunan kemampuan berpikir dan mental akibat penggunaan gadged berlebihan.
Dan ternyata kata brainrot ini sudah terkenal sejak tahun1854 dalam buku Henry David Thoreau yang berjudul “Walden”, dalam bukunya Hendri berbagi pengalaman menjalani hidup sederhana di alam, dia mengkritik kecenderungan Masyarakat untuk merendahkan ide yang kompleks dan melihat ini sebagai indikasi penurunan umum dalam Upaya mental dan intelektual dengfan istilah brain-rot. Namun istilah ini populer lagi dikalanagan gen Z dan gen Alpha, brainrot bukan istilah medis melainkan istilah kekinian digunakan orang-orang modern untuk menggambarkan keadaan mental mereka, karena penggunaan gadged yang berlebihan (afifatun 2024). Brainrot dapat juga dapat menurunkan kemampuan intelektual kita dan juga dapat menghambat aktivitas tanpa disadari, lalu istilah ini menggambarkan kekhawatiran tentang dampak negative dari konsumsi-konsumsi koten daring yang berlebihan, para ahli di oxford mencatat bahwa pengguna yang terdampak brain-rot meningkat 230% di tahun 2024 terutama terkait konsumsi konten receh di media social media misal, konten receh seperti di tiktok short, facebook, intagram Dan secara tidak langsung membuat kita penasaran, dan orang-orang yang terpapar cenderung menggunakan unhkapan kata atau sleng tertentu dalam percakapan sehari-hari contohnya “Rizz” menggambarkan kemampuan menarik pasangan, kata “Sigma dan Alpha” menggambarkan tipe orang mandiri dan dominan, sementara “Ohio” merujuk pada hal-hal aneh, lalu ada pula “Mewing” yaitu Teknik membentuk rahang dan yang lebih tajam “Skibidi Toilet” menjadi simbol fenomena yang absurd.
Selain ungkapan seorang yang terindifikasi brain-rot, lalu menurut opini lain seseorang yang terkena brain-rot juga memiliki dampak pada Kesehatan mental seperti cemas, depresi, dan ketergantungan social media. Kemudian istilah tersebut ini merujuk pada kondisi Dimana otak kita merasa tumpul, hari-hari ini kita dibanjiri konten singkat reel, video berdurasi lima belas detik, bayangkan jika anda membuka ponsel untuk menonton satu video, dua jam kemudian anda masih disana menonton video yang dapat menambah dopamine kesenagan yang berlebih dan sambil anda bertanya-tanya tentang kemanakah waktu itu pergi? fenomena ini bukan hanya hiburan semata, ini adalah pola yang jika tidak diatasi dapat membuat otak kita nyaman menjadi penonton dari pada menjadi actor utama dalam hidup kita.
Menurut para psikolog, paparan konten semacam ini dapat menyebabkan:.
- Menurunnya daya ingat.
- Kehilangan fokus dan konsentrasi.
- Penurunaan kemampuan analisis.
- Tidak berkembangnya kemampuan berrfikir kritis dan kompleks.
- Ketergantungan Pada validasi social.
Ilusi Control dan Ketidak berdayaan.
Pernahkan anda merasa tidak berdaya? ketika telah menscroll konten terlalu lama itu membuat anda kelelahan, seperti kehilangan kendali atas diri anda, tenang karena banyak dari kita terjebak ke dalam ilusi bahwa konten telah mengambil alih kita tapi apakah benar demikian, faktanya konten itu pasif, karena video lucu atau meme absurd hanya ada disana menunggu kita untuk membacanya, padahal memang terkadang keinginan kita sendiri untuk menonton konten-konten seperti itu. Akan tetapi sebenarnya kita dapat berdaya dalam memngatasi keinginan kita sendiri untuk memtuskan berhenti scroll ataupun tidak.
Solusi Mengatasi Brain Rot.
Beberapa Langkah-langkah sederhana yanga dapat mengatasi brainrot antara lain:
- Mengadopsi pola pikir yang pro aktif. Hal pertama yang harus dilakukan adalah sift mindset, daripada menyalahkann algoritma media social sadari bahwa kendali ada di tangan anda.
- Mengelola postur mental ada dua postur mental.
- Postur pasif adalah postur yang menerima apa saja yang datang seperti menghabiskan waktu dengan scrolling tanpa tujuan
- Sedangkan postur aktif adalah sebaliknya anda memilih bertindak dan menjadi pelaku utama dalam hidup anda.
- Membuat rutinitas yang mendukung control diri. Beraktivitas yang dapat mengalihkan diri dari scroll gadjet seperti meditasi, dan membaca buku.
Sekarang saatnya anda untuk bisa menjadi aktornya bukan menjadi penonton saja dalam dunia fana, karena kehidupan nyata yang banyak bermakna, namun itu juga tidak terlalu membatasi anda untuk besosmed, tetapi mengajarkan bagamana kita dapat mengendalikan diri dalam bersosial media, dan menggunakanya sebijak mungkin.
Penulis : Afif Aulia (PK IPNU IPPNU UNIIB) – Peserta Lomba Literasi
Leave a Reply