Acap kali Rabiul Awal timbul, pasti tak luput dengan lagu lama, bid’ah.
Terlalu nista untuk persepsi manusia di era 2022.
Sebab polemik ini telah rampung dirunding ulama dan cendikiawan ratusan ribu purnama yang lalu.
Mungkin disetiap era memiliki dalih yang berbeda, mengapa perayaan maulid itu bid’ah. Namun, lagi-lagi sebanyak apapun argumen, akan taluk dengan cinta. Sebab karena kecintaanlah, manusia merangkai tiket untuk berjumpa padannya di akhirat dengan perantara syafaat.
Bila maulidan bid’ah karena foya-foya, bukankah maulidan termasuk suatu bentuk taqhorruban ilallahi wa khurujan min jami’il maasy (upaya mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi dari kedurhakaan) ?
Jadi jelas, tidaklah sekedar foya-foya dan pesta semata, karena ada ratusan pahala, pesan moral, sosial dan spiritual pada maulidan.
Ber-maulid adalah effort berharap syafaat. Ya, namanya manusia berlumur dosa, acap kali kurang pd(percaya diri) jika hanya mengandalkan amal sendiri tanpa faktor external berupa syafaat dari sang baginda.
Memang Allah swt berfirman di QS Az Zumar ayat 44 juz 24 :
قُلْ لِّلّٰهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيْعًاۗ
Katakanlah, “Pertolongan itu hanya milik Allah semuanya.
Dan mereka menggap bahwa nabi tidak bisa memberi syafaat. namun itu jelas hal yang sangat keliru.
Sayyid muhammad bin Alawi Al Maliki berfatwa didalam kitab Mafahimnya :
وهذا الا ستد لال با طل، يدل على فهمهم الفا سد
” Pemahaman tersebut adalah kekeliruan yang mengindikasikan pemahaman mereka yang salah ”
Bahkan ketika Anas bin Malik bertanya kepada Nabi:
يا نبي اللّه ! اشفع لي يوم القيامة، فيقول له صلى الله عليه وسلم: أنا فاعل
” Wahai nabi Allah, berilah aku syafaat di hari kiamat , lalu Nabi menjawab : Aku akan melakukannya ”
(HR Turmudzi dalam As Sunan dan mengkategorikannya hadis hasan didalam bab maa jaa fi sya’ni as shiratii)
Tapi dari Ma’qil bin Yasar, Rasulullah bersabda ;
Ada dua manusia yang tak akan memeperoleh syafaatku :
1. Penguasa yang sengaja memberi undang-undang yang memeberatkan rakyatnya.
2. Orang yang melampaui batas dan menyimpang dari sunnahnya.
Bukankah sama ketika mereka bertanya “kenapa kalian bermaulid ?” dengan pertanyaan ” Mengapa kalian bergembira dengan kelahiran Nabi Saw ? ”
Haruskah bercerita lagi tentang ringannya siksa Abu Jahal karena gembira Nabi telah lahir ?
Haruskah dipaparkan lagi tentang mengapa Nabi berpuasa pada setiap hari senin ?
Sayyidina Abu Bakar As Shiddiq berkata :
قال ابو بكر الصد يق : من انفق در هما على قرا ءة مو لد النبي، كان رفيقي في الجنة.
” Barangsiapa yang menafkahkan uangnya untuk maulid nabi, maka ia menjadi kawanku di dalam surga ” (Nikmatul Qubro-Ibnu Hajar Haitami).
Cara mengikuti sunnahnya dan berekspresi sholawat seseorang berbeda-beda.
Yang salah adalah ia yang menuduh, memfitnah saudaranya karena keegoisan, dan kurangnya ilmu.
Apa yang lebih menyenangkan dari melantunkan mahallul qiyam sebab rindu yang begitu akbar-nya ?
- Penulis : M Akmal Marzuqin
(Salah Satu Musyrif Madrasatul Quran Nurul Qarnain) bisa disapa di akun ig-nya @ma.marzuqin
Leave a Reply