Pelajar dan Dunia Maya: Menjaga Adab di Tengah Badai Informasi – Sebuah Tantangan Generasi Digital

berjutapena.or.id,- Dunia maya telah menjelma menjadi realitas kedua bagi generasi muda, khususnya pelajar.  Akses internet yang semakin mudah dan murah telah membuka pintu gerbang menuju lautan informasi yang luas dan beragam.  Mereka dapat mengakses pengetahuan dari berbagai belahan dunia, berinteraksi dengan teman sebaya secara global, dan mengeksplorasi minat dan bakat mereka melalui platform online yang tak terhitung jumlahnya. Namun, di balik kemudahan dan potensi positif ini, tersembunyi ancaman yang serius terhadap moral dan adab generasi penerus bangsa: badai informasi yang tak terbendung.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah banjir informasi yang tak terfilter. Internet, dengan segala kemudahannya, juga menjadi tempat berkembang biaknya hoaks, ujaran kebencian, dan konten negatif lainnya. Informasi palsu dan menyesatkan tersebar dengan kecepatan luar biasa, membombardir pikiran muda yang masih dalam proses pembentukan.  Kemampuan literasi digital yang rendah, khususnya di kalangan pelajar, membuat mereka rentan terhadap manipulasi informasi dan pengaruh buruk. Mereka mungkin saja tanpa sadar menjadi korban penyebaran hoaks, ikut menyebarkan ujaran kebencian, atau bahkan menjadi target cyberbullying.

Dampaknya sangat mengkhawatirkan. Paparan konten negatif dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku pelajar, membentuk pandangan dunia yang bias dan merugikan. Cyberbullying, misalnya, dapat menyebabkan trauma psikologis yang mendalam, menurunkan kepercayaan diri, dan bahkan berujung pada tindakan ekstrem.  Penyebaran hoaks, selain merusak reputasi individu dan lembaga, juga dapat mengancam stabilitas sosial dan politik. Informasi palsu yang disebarluaskan secara luas dapat memicu konflik, perpecahan, dan ketidakpercayaan di masyarakat.

Minimnya pengawasan dan bimbingan dari orang tua dan lingkungan sekitar semakin memperparah situasi. Banyak pelajar menghabiskan waktu berjam-jam di dunia maya tanpa panduan yang memadai, membiarkan mereka terombang-ambing tanpa kompas moral yang jelas. Kebebasan berekspresi di dunia maya, yang seharusnya menjadi hak fundamental, seringkali disalahgunakan dan disalahartikan sebagai kebebasan tanpa batas, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap orang lain dan norma-norma sosial. Akibatnya, pelajar mungkin saja terjerumus ke dalam perilaku yang tidak terpuji, seperti menyebarkan gosip, menghina orang lain, atau terlibat dalam aktivitas ilegal di dunia maya.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya multi-sektoral yang terintegrasi. Sekolah memegang peran krusial dalam meningkatkan literasi digital dan pendidikan karakter di kalangan pelajar. Kurikulum pendidikan perlu diperkaya dengan materi literasi digital yang kritis dan edukatif, mengajarkan pelajar cara menyaring informasi, mengevaluasi sumber berita, dan berpikir kritis sebelum menerima dan menyebarkan informasi. Pendidikan karakter juga harus diintegrasikan ke dalam kurikulum, menanamkan nilai-nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab, empati, dan rasa hormat.

Keluarga juga memiliki peran yang tak kalah penting. Orang tua perlu aktif terlibat dalam mengawasi aktivitas online anak-anak mereka, memberikan bimbingan dan arahan agar mereka menggunakan internet secara bijak dan bertanggung jawab. Komunikasi yang terbuka dan saling percaya antara orang tua dan anak sangat penting untuk mencegah anak-anak terjerumus ke dalam pengaruh buruk di dunia maya. Penting bagi orang tua untuk memahami dunia digital yang dihuni anak-anak mereka,  bukan hanya sekedar melarang akses, tetapi juga membimbing mereka untuk menggunakannya secara positif dan produktif.

Peran pemerintah juga tak kalah penting.  Pemerintah perlu membuat regulasi yang melindungi anak-anak dari konten negatif di dunia maya, meningkatkan pengawasan terhadap penyebaran informasi palsu, dan menindak tegas pelaku cyberbullying dan kejahatan siber lainnya. Selain itu,  pemerintah juga perlu mendorong pengembangan platform dan aplikasi online yang aman dan ramah anak, serta menyediakan akses internet yang terjangkau dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat.

Namun, semua upaya ini akan sia-sia jika tidak diimbangi dengan kesadaran dan tanggung jawab individu. Pelajar sendiri harus menyadari pentingnya menjaga adab dan etika digital, berkomitmen untuk menggunakan internet secara bijak, dan berani melawan arus negatif yang ada.  Mereka harus menjadi agen perubahan, menebar kebaikan dan informasi yang benar di dunia maya, serta menjadi contoh bagi teman sebaya mereka.

Menjaga adab di tengah badai informasi bukanlah tugas mudah, melainkan tantangan besar yang harus dihadapi bersama. Hanya dengan kolaborasi yang kuat antara sekolah, keluarga, masyarakat, dan pemerintah, kita dapat menciptakan lingkungan digital yang aman, mendidik generasi muda yang bijak dan bertanggung jawab, dan memastikan mereka dapat memanfaatkan potensi dunia maya secara positif dan produktif untuk membangun masa depan yang lebih baik.  Masa depan bangsa terletak pada tangan generasi muda, dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk memastikan mereka siap menghadapi tantangan zaman dengan bekal moral dan adab yang kuat.

Penulis : HUSNUL KHOTIMA (PC IPPNU Banyuwangi) – Peserta Lomba Literasi

Redaksi Berjutapena
Dikelola oleh Lembaga Pers, Penerbitan, dan Infokom PC IPNU IPPNU Situbondo