Kartini Tak Lagi Berkebaya

berjutapena.or.id, – Perempuan makhluk yang diciptakan dari luka yang dijahit dengan harapan, dari air mata yang dipintal menjadi kekuatan. Ia bangun setiap pagi dengan doa di bibir dan beban di punggung, namun tetap melangkah seolah tak pernah patah.

Di dunia yang masih meragukan suara perempuan, ia memilih diam bukan karena kalah, tapi karena sedang menyusun nyali untuk bersuara lebih lantang. Emansipasi bukan lagi tentang melawan, tapi tentang berani menjadi diri sendiri, meski tak sesuai ekspektasi dunia.

Hari ini, Kartini bukan hanya nama, tapi nyala. Setiap perempuan adalah api yang tak bisa dipadamkan, meski sering diludahi oleh badai.
Dunia terlalu keras untuk nya yang hanya bisa membisu
Angkat dagumu perempuan, tetaplah berjalan anggun, buat mereka tertegun

Kartini tak lagi berkebaya…
ia kini menyamar menjadi suara kadang gemetar, kadang membakar.
Di ruang rapat, di dapur sempit, di jalanan berdebu, ia hadir.
Bukan untuk diingat, tapi untuk diperhitungkan.

Dulu ia menulis dengan pena dan kesepian,
kini para Kartini menulis dengan keberanian,
di layar-layar yang terang tapi sunyi,
di status yang tak selalu dimengerti.

Apa arti emansipasi hari ini?
Mungkin bukan lagi tentang bangku sekolah,
tapi tentang hak untuk diam tanpa dihakimi,
hak untuk menangis tanpa dinilai lemah,
dan hak untuk memilih jalan tanpa harus minta restu patriarki.

Selamat Hari Kartini, Raden ajeng Kartini, dan Kartini muda saat ini
Untukmu yang tetap berdiri, bahkan saat dunia memintamu duduk.

Penulis : Musrifah (Komandan DKC KPP Situbondo)

Muhammad Robet Asraria Soma
Santri Tulen