Pernikahan itu paling sakral. Sebab, tulang rusuk kembali kepada tubuhnya. Dihadapan Allah SWT dan Rasulullah SAW, melakukan ikrar sehidup semati. Mengubah yang haram menjadi halal. Membuat marah Iblis dan Setan.
Ini yang ingin sekali saya bahas. Tentang sepasang istri terkadang ada yang enggan melakukan romantis satu sama lain. Tak jarang muncul rasa jijik dan geli saat melakukannya. Malah pasangan lama, sangat enggan saling melontarkan kata cinta satu sama lain. Kenapa seperti itu? Itulah cara setan mengganggu putra putri Nabi Adam.
Ketika romantis terasa aneh, perasaan tersebut datang dari setan. “Kok bisa? Apa dasarnya?” Loh, pahala suami istri itu besar. Pertama sunnah Rasulullah Saw, kedua mendatangkan kebahagiaan yang juga membuat senang Rasulullah Saw. Toh, Rasulullah Saw dalam hadistnya menjamin siapa saja yang menyenangkan hatinya. Maka Rasulullah Saw juga akan menyenangkan hati umat yang telah menyenangkan hati beliau.
Terkadang muncul keraguan dan ketidakpercayaan tiba-tiba. Cemburu buta yang hadir tak jelas. Romantis seakan terasa aneh. Malah tak jarang, hanya karena hal sepele menjadi sebuah pertengkaran terbesar.
Setan tidak suka kepada orang yang melakukan Akad Nikah. Jadi jangan kalah dengan Setan.
Apapun boleh dilakukan selama menjadi suami istri. Selama tidak keluar dari batas hukum syariat. Sesederhana itu. Lalu darimana hadirnya pertengkaran?
Salah satu kurang bersyukur. Banyak mengeluh. Tidak dapat menjaga lisan dari menyakiti hati pasangan. Kurangnya romantis. Terlalu banyak berbicara serius.
Untuk menjaga keharmonisan tersebut. Istri dan suami sama sama melakukan hak kewajiban masing-masing. Istri taat kepada suami, selama tidak memerintah kepada maksiat. Suami menafkahi istri dan jangan sampai menyakiti perasaan istri.
Dalam Al-Qur’an perempuan dianalogikan sebagai sawah. Laki-laki si pemilik sawah. Nah, Firman Allah SWT menjelaskan kalau Si Pemilik boleh mebajak istrinya bagaimanapun dan darimanapun. Terserah Si Pemilik sawah. Tapi perlu diingat, supaya sawah tetap subur dan enak dipandang harus dirawat, pengairan jangan lupa, rumput-rumput liar di siangi, ketika ditanami jangan lupa pupuk sama airnya, diobati supaya tidak ada hama yang merusak, serta dijaga agar tidak ada pencuri.
“Pengairan” artinya uang harus lancar kepada istri, nafkahi dengan benar. “Rumput liat dibersikan” maksudnya didik dengan benar. Ajarkan syariat agama dengan baik. Supaya istri tidak melakukan kesalahan dalam ibadah kepada Allah SWT. Bukankah menikah itu ibadah. Dan selama masih Suami Istri masih terhitung ibadah.
Lalu, arti dari “…Ketika ditanami jangan lupa pupuk dan airnya,” suami saat istri hamil senangkan istri. Jangan sampai menyakiti perasaannya. Ketika mood istri buruk, suami bagaimana menjadi sandarannya. Ketika mengomel suami mendengarkan dengan sabar.
Terakhir makna “Diobati dan Dijaga,” suami menjaga keluarga dari segala macam keadaan. Selalu mengingatkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Awasi istri supaya tidak menghibah orang lain.
Ini ilmu PENGERTIAN, bukan ilmu HUKUM. Sebab mengerti itu berasal dari Hati Nurani yang didukung dengan ilmu agama dan juga nalar yang selalu disandarkan kepada guru-guru agama.
Penulis : Kholilurrahman (PAC IPNU Asembagus)
Leave a Reply