berjutapena.or.id,- Probolinggo – Di tengah iklim ekonomi masyarakat yang terus menantang, sebuah pertemuan hangat terjadi di Desa Kebonagung, Kecamatan Kraksaan, pada Senin (28/07/2025). Mahasiswa Universitas Nurul Jadid (UNUJA) tidak datang sebagai pengamat, melainkan sebagai mitra belajar bersama rakyat, dalam diskusi bertema “Lebih dari Sekadar Sedekah, Zakat Produktif Bangun Masa Depan.”
Diskusi yang dipandu langsung oleh dosen UNUJA, Dr. Ainul Yakin, M.H., menghadirkan pemikiran baru tentang bagaimana zakat tidak lagi hanya dipahami sebagai bentuk amal konsumtif, tetapi sebagai modal sosial yang mampu mendorong perubahan struktural. “Zakat harus kita tempatkan sebagai kekuatan ekonomi. Bukan hanya untuk menyantuni, tetapi juga untuk membangun,” tegasnya membuka diskusi.
Salah satu pemantik utama, Moh Yatim, menjelaskan dengan gamblang bahwa zakat produktif—yakni zakat yang dikelola dalam bentuk pembiayaan UMKM, pelatihan keterampilan, atau koperasi syariah—mampu mengangkat mustahik menjadi pelaku ekonomi aktif. Bahkan, dalam jangka panjang, mereka bisa menjadi muzakki, bukan lagi penerima.
“Zakat tidak boleh selesai dalam sekali makan. Ia harus hidup, tumbuh, dan memberi daya. Itulah semangat produktif yang ingin kita bangun,” ujarnya.
Senada dengan itu, mahasiswa lainnya, Nuril Madani, mengajak peserta untuk melihat zakat produktif sebagai bentuk gotong royong ekonomi berbasis syariah. “Kita sedang membicarakan ekonomi yang tidak menindas. Ketika zakat dikelola dengan niat dan strategi yang benar, maka umat tidak hanya terbantu, tapi bangkit,” tambahnya.
Diskusi ini tidak berhenti di tataran konsep. Berbagai ide konkret bermunculan dari warga yang hadir: mulai dari pembentukan kelompok usaha binaan, pelatihan keterampilan berbasis potensi desa, hingga pemetaan sektor ekonomi unggulan yang bisa digerakkan lewat zakat.
Suasana penuh antusiasme menyelimuti aula sederhana tempat diskusi berlangsung. Di antara kesederhanaan itu, semangat untuk membangun ekonomi umat terasa begitu hidup. Warga dan mahasiswa sepakat bahwa zakat produktif harus menjadi agenda bersama—bukan hanya sebagai instrumen ibadah, tetapi juga strategi pembangunan.
“Kegiatan ini bukan hanya diskusi. Ini adalah langkah pertama menuju kolaborasi yang lebih besar antara kampus dan masyarakat,” tutur Ainul Yakin di akhir acara.
Kesepakatan bersama itu akan segera ditindaklanjuti melalui program pemberdayaan kolaboratif berbasis desa. Dari Kebonagung, ide zakat produktif kini mulai menjejak sebagai jalan sunyi menuju ekonomi Islam yang membebaskan.
Pewarta : Hasan Widad Fahmi F.
Leave a Reply